LOGO dputr
Beranda > Berita > Pengambilan Dan Pemeriksaan Sampel Air Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Geru…
UKM

Pengambilan dan pemeriksaan Sampel Air Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gerung

Posting oleh puskesmasgerunglobar - 17 Juni 2021 - Dilihat 202 kali

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan Angka Kematian Balita (AKABA) masih sekitar 43 kasus kematian per 1.000 kelahiran. Lebih dari 40 persen kasus kematian balita disebabkan oleh diare dan pneumonia (RISKESDAS, 2007). Di negara berkembang, sekitar 88 persen dari kasus penyakit diare diperkirakan berkaitan dengan air, sanitasi, dan perilaku hidup bersih dan sehat (Fewtrell et al, 2007).

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah mengatasi masalah-masalah terkait dengan masih rendahnya angka kelangsungan hidup penduduk berumur di bawah lima tahun (balita) yang tercermin dari relatif tingginya angka kematian balita (AKABA). Untuk Indonesia, data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa AKABA di Indonesia masih sekitar 43 kasus kematian balita per 1.000 kelahiran. Lebih dari 40 persen kasus kematian balita disebabkan oleh diare dan pneumonia1. Di negara berkembang, secara umum sekitar 88 persen dari kasus penyakit
diare diperkirakan berkaitan dengan air, sanitasi, dan perilaku bersih dan sehat2. Menurut The United Nations Children’s Fund (UNICEF), fasilitas jamban yang tidak layak dan kualitas air minum yang tidak aman, berpeluang meningkatkan persentase balita dengan gizi buruk serta tingginya kasus anak pendek (stunting) di Indonesia. Implikasi pada kebijakan sudah jelas yaitu upaya untuk mengatasi masalah balita dengan gizi buruk perlu disertai dengan peningkatan kondisi air minum, sanitasi, dan higiene3. Akses terhadap air minum yang aman, fasilitas sanitasi yang memadai, perilaku hidup bersih dan sehat merupakan parameter penentu derajat kesehatan penduduk Indonesia.

Air minum yang aman bagi kesehatan adalah air minum yang memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat ke dalam parameter wajib dan parameter tambahan (Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010). Air minum dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan untuk dikonsumsi. Untuk memperoleh gambaran yang lebih nyata mengenai kualitas air minum masyarakat dibutuhkan data statistik yang akurat dan mutakhir sebagai bahan perencanaan, target/sasaran pembangunan, pengambilan kebijakan, dan evaluasi pembangunan.

SKA 2015 dapat diselenggarakan berkat kerja sama antar kementerian/lembaga dan dirancang untuk menanggapi target RPJMN dan SDGs terkait air minum aman. Survei ini diintegrasikan dengan Susenas. Dilihat dari tujuan, metodologi dan cakupan survei, SKA 2015 dengan sampel sekitar 940 rumah tangga yang tersebar di lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan survei yang pertama di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Cara pengumpulan data selain dilakukan dengan wawancara juga melalui pengamatan, pengambilan sampel air, dan uji laboratorium terhadap air di rumah tangga terpilih. Pengamatan dilakukan terhadap kondisi air minum dan fasilitas mencuci tangan di rumah tangga. Pengujian laboratorium dilakukan terhadap sampel air siap minum dan air minum dari sumbernya yang digunakan oleh rumah tangga.

Pengujian laboratorium bertujuan untuk mengetahui kualitas air minum berdasarkan kandungan mikrobiologi dan kimiawi dalam sampel air dari sumbernya dan air siap minum yaitu bakteri Escherichia Coli (E.Coli), nitrat, dan khlorida. E.Coli adalah salah satu indikator biologi yang menandakan air tercemar kontaminan mikrobiologi yang berasal dari limbah rumah tangga seperti tinja dan kotoran hewan. Nitrat dan khlorida adalah salah satu indikator kimia untuk mengetahui apakah air tercemar dengan senyawa kimia. Pemilihan parameter kualitas air tersebut berdasarkan kondisi permukiman di wilayah survei yang padat. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya wilayah kumuh dengan tingkat sanitasi yang buruk ditambah dengan kebiasaan penduduk membuang limbah rumah tangga langsung ke tanah dan sungai. Pada daerah dimana pupuk dipergunakan secara luas seperti daerah pertanian, biasanya terjadi kontaminasi nitrat pada air. Sumber nitrat lainnya adalah pencemaran dari sampah organik, kotoran hewan, dan rembesan dari tangki septik. Sementara khlorida adalah senyawa organik yang biasanya berasal dari penggunaan
pestisida. Kandungan khlorida dalam air dapat juga ditimbulkan oleh limbah tangki septik dan pengaruh cuaca khususnya di daerah pesisir.


Silahkan beri komentar

Email tidak akan di publikasi. Field yang harus diisi ditandai dengan tanda *